Kamis, 04 Agustus 2011

KITA DAN PERBEDAAN

Di sini. Di tempat ini. Di bawah payung besar yang meneduhi kita, dulu. Kamu mungkin masih ingat. Ketika aku yang masih berbunga. Dan kamu yang terus tersenyum manis. Ada pipi yang kemerahan. Atau deretan gigi yang terpampang.

Pada jejeran kursi beralas besi yang dingin, kita suka berlama-lama. Aku dengan black cappuccino dan kamu dengan teh manis hangat. Aku jadi pendengar dan kamu jadi pencerita. Tanaman, hewan, tempat makan, kehidupan, atau bahkan cinta menjadi nama-nama yang terbesit dalam obrolan.

Kesukaanku padamu, juga termasuk kesukaanku pada cerita-ceritamu. Cerita-cerita yang tidak pernah aku dapatkan di bangku sekolah, hingga kuliah sekalipun. Cerita-cerita yang tidak pernah ibu berikan di rumah, sedari kecil. Cerita-cerita yang tidak pernah aku temukan di kumpulan bukuku, atau sekedar dari tulisan di internet.

Dan ketika kamu pergi, tubuhmu mungkin jauh, tapi ceritamu masih di sini. Bersamaku dan segala kenangan kita. Atau ketika kamu bilang kita tidak lagi cocok, aku tidak berontak, meskipun ibu sepertinya tidak bisa berhenti memanggilmu pencuri. Ngomong-ngomong, maafkan ibu ya, dia memang begitu.

Aku masih ingat betul, bagaimana ibu mengusirmu. Katanya, kita berbeda. Tapi, bukankah perbedaan itu wajar?

Kamu tinggal di balik jerami, aku tinggal di balik bebatuan. Kamu dengan gerobakmu, aku dengan mobil sedanku. Kamu yang tidak tamat sekolah, aku yang kini menjajaki universitas. Kamu yang selalu meminta, aku yang selalu mengeluarkan uang. Bahkan, kamu yang punya mulut, sedangkan aku tidak.

0 komentar:

Posting Komentar

 
>